Senin, 25 Oktober 2010

Hubungan penduduk masyarakat dan kebudayaan Sunda

Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dari Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa hingga sekitar Brebes (mencakup wilayah administrasi propinsi Jawa Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak diIndonesia. Kerana letaknya yang berdekatan dengan ibu kota negara maka hampir seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat, Suku Betawi banyak mendiami daerah bagian barat yang bersempadan dengan Jakarta. Suku Minang dan Suku Batak banyak mendiami Kota-kota besar di Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi, dan Depok. Sementara itu Orang Tionghoa banyak dijumpai hampir di seluruh daerah Jawa Barat.
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalahpengembangan sumber daya manusia yang berupa pendidikan,pembinaan, dll.
Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa namun dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradabandi Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara. Sejak dari awal hingga kini, budaya Sunda terbentuk sebagai satu budaya luhur di Indonesia. Namun, modernisasi dan masuknya budaya barat lambat laun mengikis keluhuran budaya Sunda, yang membentuk etos dan watak manusia Sunda.
 Tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 - 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan
(tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada 'tokoh' yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik
.
  Pada dasarnya seluruh kebudayaan sudah ada sejak jaman dahulu, suatu penduduk yang hidup bermasyarakat inilah yang menciptakan suatu peristiwa atau kejadian yang menjai suatu rutinitas pada setiap acara, hal ini lama kelamaan menjadi suatu kebudayaan di daerah tersebut.

Hubungan penduduk masyarakat dan kebudayaan Betawi

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi — dalam arti apapun juga — tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, suku Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun sebetulnya, suku Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta, karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah suku Betawi hadir di bumi Nusantara.

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Salah satu kebudayaan di betawi adalah pada saat orang betawi mengadakan acara pernikahan.  pada saat mempelai laki-laki datang ke tempat mempelai wanitanya, pasti ada sepasang Roti Buaya, yang kadang-kadang besarnya seperti ukuran buaya beneran. Ternyata dalam kebudayaan Betawi sepasang Roti Buaya itu merupakan harapan atau simbol agar sepasang mempelai itu selalu saling setia dan selalu bersama kemanapun mereka pergi, karena Buaya itu binatang yang sangat setia dengan pasangannya, dan pada masa kawinnya buaya selalu pergi kemanapun bersama pasangannya. Budaya inipun datang karena masyarakat sekitar yang mempercayai hal tersebut. Jadi pada intinya hubungan masyarakat penduduk dan kebudayaan adalah kebudayaa itu datang dari masyarakat sendiri yang sudah mentradisikan sesuatu sebagai hal yang penting sehingga terbawa sampai sekarang.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Hubungan penduduk masyarakat dan kebudayaan


Hubungan penduduk masyarakat dan kebudayaan


penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan sendiri berarti hasil karya manusia untuk melangsungkan ataupun melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas dari pada manusia ( masyarakat ) tersebut.
Sehingga dapat diketahui bahwa pencipta kebudayaan adalah manusia. Sedangkan focus dari sebuah kebudayaan adalah suatu masyarakat.
Sesuai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa antara masyarakat dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat. Di dalam masyarakat, kebudayaan itu di satu pihak dipengaruhi oleh anggota masyarakat, tetapi di lain pihak anggota masyarakat itu dipengaruhi oleh kebudayaan, misalnya Di daerah yang banyak kayu mengharuskan masyarakat untuk membuat rumah dari kayu dan sebagainya. Jika dilihat dari sudut skematik kebudayaan, kebudayaan itu merupakan hasil dari suatu adat dan tradisi yang memiliki aturan-aturan mengikat, yang diciptakan oleh beberapa kumpulan individu sebagai warisan kebudayaan karena faktor tempat tinggal yang mana hasil dari kebudayaan tersebut dengan sengaja atau tidak, sesungguhnya ada dalam masyarakat. Dengan hasil budaya itu, manusia kemudian memiliki kehidupan dan pola kehidupan ini pula dapatlah mempengaruhi cara berpikir dan gerak sosial, contohnya: kehidupan umat Islam di Jawa Tengah dengan Sumatra Barat berlain-lain, sebab pola kehidupan mereka juga lain. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kultur (kebudayaan) di daerah itu.  Selain itu kebudayaan betawi paling khas yaitu ondel-ondel dan makanan kerak telor serta roti buaya pada setiap pernikahan khas betawi ternyata dalam kebudayaan Betawi sepasang Roti Buaya itu merupakan harapan atau simbol agar sepasang mempelai itu selalu saling setia dan selalu bersama kemanapun mereka pergi, karena Buaya itu binatang yang sangat setia dengan pasangannya, dan pada masa kawinnya buaya selalu pergi kemanapun bersama pasangannya.
Semua kebudayaan itu ada karena masyarakat sendiri yang menciptakannya pada zaman dahulu.


Jumat, 22 Oktober 2010

Hubungan penduduk masyarakat dan kebudayaan

HUBUNGAN ANTARA PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Penduduk
Orang yang tinggal di daerah tersebut
Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
http://indonesian.cri.cn/mmsource/images/2005/12/21/populasi3.jpg




Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah, keluarga,perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat.

Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
http://feli-86-imoet.blog.friendster.com/files/banjir-5.jpg

Budaya atau Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

http://dentavandela.student.umm.ac.id/files/2010/07/kirab-budaya-kluwung.jpg


Hubungannya antara penduduk, masyarakat dan kebudayaan adalah suatu penduduk yang tinggal di suatu tempat pasti akan hidup bermasyarakat. manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain oleh karena itu manusia atau suatu penduduk harus dapat bersosialisai yang disebut hidu bermasyarakat.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.  Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.


Senin, 18 Oktober 2010

ARTIKEL ISD "BALI"



Data pada sensus penduduk tahun 2010 menunjukan pertumbuhan penduduk di Bali meningkat 1,46% dari tahun lalu. Artinya, tingkat pertumbuhan penduduk setahun tercatat 2,15%. Pengendalian jumlah penduduk terkait dengan aspek kelahiran dan  kematian, khususnya aspek mobilitas penduduk. padatnya penduduk Denpasar terutama dipicu oleh penduduk migran. Migrasi penduduk bisa berasal dari luar daerah maupun luar kabupaten. Contohnya, dengan keengganan generasi muda menjadi petani, banyak yang tak betah tinggal di tanah kelahirannya seperti Klungkung dan Karangasem. Mereka memilih mengadu nasib ke kota Denpasar walaupun sebagai kuli bangunan.
Putu Abadi mengatakan, angka kematian bayi pada tahun 1997 tercatat 39,5 menjadi 14 pada tahun 2002. Sedangkan untuk balita juga menurun menjadi 19 pada tahun 2002-2003 dari 44 pada tahun 1997. Hal ini salah satu yang menguntungkan pada saat masa transisi di tubuh BKKBN ini, ujarnya. Menurut Putu Abadi, median umur kawin pertama juga menunjukkan arah perbaikan. Pada tahun 1997 median umur kawin pertama pada usia 20,5 tahun. Namun pada tahun 2002-2003 meningkat menjadi 21,7 tahun.
Walaupun terdapat banyak penduduk migrasi di bali, mayoritas agama di sana adalah hindu.toleransi agama di sana sangat baik salah satu contohnya toleransi antar umat beragama dibangun antara umat hindu dan umat Islam dengan baik, sodara-sodara sebangasa kita yang merayakan hari raya Nyepi menjalankan keyakainannya diiringi saudara-saudara dari umat Islam di Bali dengan melaksanakan solat Jum’at dengan berjalan kaki dan tidak menggunakan pengeras suara dan tetap melaksanakannya dengan Khusuk, kalau saja suasana seperti ini dapat dicontoh oleh sodara-sodara kita sebangsa ditempat lain, mungkin kerukunan antar umat beragama yang ada di Indonesia dapat terjalin dengan baik, dan kita sebagai bangsa Indonesia dapat dengan tenang menjalankan Ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing dan tidak terjadi isu SARA yang selalu menimbulkan kecemasan dan Ke Khawatiran. Terdapat banyak adat di Bali, salah satunya berhubungan dengan perkawinan. Bagi Umat Hindu upacara perkawinan mempunyai tiga arti penting yaitu :

1. Sebagai upacara suci yang tujuannya untuk penyucian diri kedua calon mempelai agar mendapatkan tuntunan dalam membina rumah tangga dan nantinya agar bisa mendapatkan keturunan yang baik dapat menolong meringankan derita orang tua/leluhur.
2. Sebagai persaksian secara lahir bathin dari seorang pria dan seorang wanita bahwa keduanya mengikatkan diri menjadi suami-istri dan segala perbuatannya menjadi tanggung jawab bersama.
3. Penentuan status kedua mempelai, walaupun pada dasarnya Umat Hindu menganut sistim patriahat tetapi dibolehkan pula untuk mengikuti sistim patrilinier (garis Ibu). Di Bali disebut kawin nyeburin atau nyentana yaitu mengikuti wanita karena wanita nantinya sebagai Kepala Keluarga.

Upacara Pernikahan ini dapat dilakukan di halaman Merajan/Sanggah Kemulan ( Tempat Suci Keluarga) dengan tata upacara yaitu kedua mempelai mengelilingi Sanggah Kemulan ( Tempat Suci Keluarga ) sampai tiga kali dan dalam perjalanan mempelai perempuan membawa sok pedagangan( keranjang tempat dagangan) yang laki memikul tegen-tegenan(barang-barang yang dipikul) dan setiap kali melewati “Kala Sepetan”(upakara sesajen yang ditaruh di tanah) kedua mempelai menyentuhkan kakinya pada serabut kelapa belah tiga. Setelah tiga kali berkeliling, lalu berhenti kemudian mempelai laki berbelanja sedangkan mempelai perempuan menjual segala isinya yang ada pada sok pedagangan (keranjang tempat dagangan), dilanjutkan dengan merobek tikeh dadakan (tikar yang ditaruh di atas tanah), menanam pohon kunir, pohon keladi (pohon talas) serta pohon endong dibelakang sanggar pesaksi/sanggar Kemulan ( Tempat Suci Keluarga ) dan diakhiri dengan melewati "Pepegatan" ( Sarana Pemetusan ) yang biasanya dipergunakan benang didorong dengan kaki kedua mempelai sampai benang tersebut putus.

Hubungannya antara penduduk masyarakat dan kebudayaan adalah banyak kebudayaan – kebudayaan di Bali yang menarik itu merupkan salah satu alasan mengapa Bali banyak di datangi oleh banyak orang atau turis asing. selain itu tingkat pertambahan penduduk di Bali meningkat karena adanya mobilitas masyarakat untuk relatif lebih baik dari segi ekonomi dan keamanan, dari segi politik relatif tak bergejolak, dan dari segi kerukunan umat beragama relatif sangat baik.




Sumber :

Senin, 11 Oktober 2010

ARTIKEL ISD PART 2

BANJIR DAN ISD

Banjir merendam, menggenangi bahkan menenggelamkan ribuan rumah, tempat ibadah, gedung sekolah, pusat bisnis dan pemerintahan, pabrik dan pesawahan, serta jalan berikut alat-alat transportasi seperti mobil dan motor. Kerugian akibat banjir secara materil bisa mencapai puluhan milyar rupiah, belum termasuk kerugian akibat kehilangan produktivitas kerja dan usaha. Banjir melanda ratusan kawasan di Indonesia, bukan hanya sekitar dataran rendag seperti Jabotabek dan Semarang, dataran tinggi seperti Bandung Selatan pun tak luput dari banjir.

Pasca banjir banyak “PR” yang harus diselesaikan, selain memulihkan perekonomian, hal yang perlu segera ditangani adalah pemulihan kondisi psikologis, kesehatan dan lingkungan. Di samping itu, hal yang sangat penting ialah menyangkut manajemen banjir secara keseluruhan, baik sebagai upaya pemulihan berbagai dampak, maupun sebagai langkah antisipasi bencana banjir, termasuk kemungkinan banjir dan cuaca buruk saat ini yang diperkirakan akan mereda bulan Maret 2011.Ada beberapa factor penyebab terjadinya bencana banjir di antaranya :
ü Kurangnya kesadaran manusia akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
ü Banyak penggundulan hutan yang dilakukan untuk kepentingan diri sendiri tanpa memikirkan apa damak ke depannya yang akan terjadi.
ü Banyaknya pembuatan gedung – gedung bertingkat tinggi sehingga air sulit meresap ke dalm tanah.

Sebenarnya bencana banjir yang terjadi ini dapat menimbulkan beberapa dampak yaitu dampak psikologis, sosial, ekonomi, kesehatan maupun lingkungan.
Orang  yang melihat air semakin tinggi dan terus menutup rumahnya hingga ke atap akan menimbulkan ketakutan dan akan terus teringat oleh orang tersebut inilah yang dinamakan dampak psikologis.
 Dampak social misalnya orang tersebut berasal dari kalangan menengah ke atas lalu rumahnya terkena bencana banjir maka mereka harus tinggal di pengungsian, itu yang menyebabkan mereka harus bersosial dengan kehidupan yang biasanya tidak pernah mereka lakukan di tempatnya yang mewah.
Dampak ekonomi misalnya mereka yang harus kehilangan harta bendanya yang tidak sempat atau sulit di amankan pada saat bencana banjir datang.
Penanganan dampak ekonomi banjir, lebih luas lagi ialah dengan menghidupkan kembali berbagai sarana dan prasarana bisnis yang sempat terganggu, terutama sarana transportasi, perdagangan, perbankan, pertanian, industri, dan sebagainya.
Penanganan dampak kesehatan, terutama dengan mengantisipasi kemungkinan munculnya berbagai penyakit seperti demam berdarah, kulit, infeksi saluran pernafasan, diare, dan sebagainya. Baik posko kesehatan, klinik kesehatan dan rumah sakit perlu disiap-siagakan secara penuh.
Penanganan dampak lingkungan, mulai dari lingkungan RT, RW, kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota maupun yang terkait dengan daerah lain. Dalam hal ini Pemkot atau Pemkab perlu berkoordinasi dan duduk bersama dalam upaya mengatasi persoalan banjir. Pada dasarnya banjir terjadi karena curah hujan di atas normal, sehingga saluran penampung air terlampaui kapasitasnya, terjadilah luapan. Adanya banjir kiriman dari daerah aliran sungai di bagian hulu, menyebabkan luapan itu semakin besar.


















ARTIKEL ISD 2

DAMPAK TELEVISI DALAM MENGASUH ANAK


Televisi  adalah salah satu media elektronik yang dapat menampilkan gambar dan suara. Pada dasarnya televisi merupakan alat komunikasi yang mempunyai dampak ppositif dan negative. Dampak positifnya banyak acara-acara di televisi yang menampilkan tayangan tentang pendidikan. Sedangkan dampak negatifnya banyak acara televise yang menampilkn tayangan untuk dewasa (sinetron) atau non pendidikan. Pada jaman dahulu televise hanya menampilkan tayangan khusus pendidikan saja sehingga banyak orang tua yang membimbing anaknya belajar dengan menggunakan televisi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, tayangan di televise tidak hanya tentang pendidikan tetapi lebih banyak menampilkan tayangan sepert film cartoon, acara music, sinetron dan lain-lain. Banyak anak-anak jaman sekarang menonton televisi untuk menyaksikan tayangan-tayangan tersebut di bandingkan belajar. Pada dasarnya itu semua kembali lagi kepada orang tua yang mengasuhnya. Ada beberapa orang tua justru cara  mengasuh anak mereka salah.
Tak heran karena jadwal kesibukan cukup padat, orangtua dewasa ini lebih senang membiarkan anaknya menonton televisi untuk melengkapi kebutuhan edukasi sekaligus hiburan sang anak agar para orangtua dapat memperoleh lebih banyak waktu untuk bekerja dan beristirahat. Dengan banyaknya program acara atau video yang dapat dipilih, tentu tidak sulit untuk membuat anak cepat “diam” karena terpaku menonton acara kesayangannya, sambil berharap bahwa anak mereka akan berkembang dengan sendirinya karena mendapat cukup stimulasi dari acara tersebut.

Akan tetapi, apakah menonton televisi benar-benar dapat efektif membantu meningkatkan perkembangan bicara anak?

dr. Dimitri A. Christakis Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa anak-anak 8 – 16 bulan yang menonton video-video “edukasi” tersebut selama 1 jam setiap hari memiliki penurunan 6 – 8 kosa kata dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menonton.

Studi tersebut dilakukan pada 329 anak berusia antara 2 bulan hingga 4 tahun yang masing-masing menggunakan alat perekam digital kecil pada hari-hari tertentu yang dipilih secara acak setiap bulannya selama 2 tahun. Sebuah rompi didesain khusus dengan saku dada tempat menempelkan alat perekam yang akan menangkap setiap kata yang diucapkan maupun didengarkan oleh anak selama periode 12-16 jam. Yang menjadi parameter dalam studi ini antara lain adalah jumlah kata yang diucapkan oleh pendamping anak, vokalisasi anak, dan interaksi verbal anak dalam percakapan (suatu keadaan di mana pendamping memberikan respon vokal terhadap vokalisasi anak, atau sebaliknya, dalam 5 detik).

Ternyata terdapat pengurangan jumlah dan lama vokalisasi anak, serta interaksi dalam percakapan secara bermakna (jumlah kata dapat berkurang sekitar 770 dari 1000 kata yang seharusnya didengar anak dari pendampingnya selama sesi rekaman). Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat stimulasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan anak. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin secara bertahap dan terus menerus pada setiap kesempatan.

Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan keterlambatan pada perkembangan anak bahkan gangguan yang menetap. Terkait hal ini, Christakis juga menambahkan dalam studinya bahwa bahasa merupakan komponen penting yang diperlukan untuk perkembangan otak pada awal masa          kanak.

Karena keterlambatan perkembangan bahasa akan membawa sebab keterlambatan pada tingkat atensi dan perkembangan kognitif pada anak selanjutnya.
Saran dari penelitian Bagaimana orang tua harus menyikapi hal ini? Mungkin ada baiknya mendengar saran American Academy of Pediatrics yang mengatakan sebaiknya anak badut (bawah dua tahun) tidak diajak menonton TV. Dengan menonton TV, tentunya anak tidak mendapatkan pengalaman linguistik yang sama seperti ketika berinteraksi langsung dengan orangtua mereka ataupun lingkungan sekitar. Alih-alih aktif bereksperimen, anak justru pasif, asyik menatap layar kaca. Hal ini tentunya berpengaruh pada pengembangan kreativitas anak. Dan dapat menyebabkan anak susah untuk bersosialisasi kepada orang lain.

sumber :http://orbitunik.blogspot.com/



Jumat, 01 Oktober 2010

TUGAS 2 ARTIKEL (ISD)

NAMA            : NURUL HUMAIRA
KELAS            : 1 KA 31
NPM               : 15110216
MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR (TUGAS 2 ARTIKEL ISD)

KEMISKINAN DAN ISD

Banyaknya penduduk di kota ini ternyata dapat menyebabkn kemiskinan. Salah satunya jika setiap tahun terdapat banyak lulusan yang tergolong usia kerja maka akan lebih sempit lowongan kerja di suatu kota tersebut.  Semakin sempitnya lowongan untuk bekerja maka semakin banyak tingkat pengangguran. Terlebih lagi Keragaman peluang kerja dikota dengan tingkat upah yang relatif tinggi daripada tingkat upah didesa, menstimulasikan penduduk pedesaan untuk pindah kekota. Tekanan kemiskinan yang absolute menyebabkan penduduk pedesaan harus pergi kekota untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Dalam buku Ilmu Sosial dan Kekuasaan di Indonesia, Aris Ananta (2006: 198) menengarai, perdebatan mengenai pendefinisian orang miskin bukan perkara mudah. Menurutnya pendekatan kuantitatif yang lazim dipakai untuk mengukur kemiskinan adalah mendefinisikan kebutuhan minimum untuk kehidupan yang layak. Namun demikian “kehidupan yang layak” juga memerlukan pendefinisian tersendiri. Para sarjana memiliki penjabaran yang beragam untuk istilah ini. Setiap penjabaran mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing. Biro Pusat Statistik (BPS) misalnya menggunakan pendekatan ekonomi dalam mendefinisikan kemiskinan. Menurut BPS, orang miskin adalah orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan minimumnya, baik kebutuhan makanan maupun kebutuhan lainnya. Garis kemiskinan makanan adalah jumlah rupiah yang dibutuhkan agar seseorang dapat mengonsumsi 2100 kalori per hari selama sebulan. Rata-rata seorang manusia memerlukan 2100 kalori per hari agar hidup sehat. Sementara itu garis kemiskinan nonmakanan ditentukan berdasarkan perhitungan mengenai kebutuhan dasar seperti perumahan, pakaian, kesehatan, dan transportasi (Ananta, 2006: 198).
Menurut Yuna Farhan, 2006 (sebagaimana dikutip Zada, Kompas, 13 November 2007), kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks, tidak semata-mata berhubungan dengan rendahnya pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat, namun berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan, akses kesehatan, ketidakberdayaan untuk berpartisipasi dalam dalam proses pengambilan keputusan publik, ketidakmampuan menyampaikan aspirasi, serta berbagai masalah yang berkaitan dengan pembangunan manusia.
Persoalan kemiskinan dan keterbelakangan di suatu Negara terjadi tidak saja karena persoalan internal kaum miskin, tetapi juga karena adanya factor-faktor luar yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk berkembang lebih baik. Dinegara-negara berkembang –termasuk Indonesia—Masalah mendasar bersifatstructural, dirumuskan sebagai berikut:
1.      Makin memburuknya perbandingan antara luas tanah dengan jumlah penduduk, serta memburuknya bentuk pola atas pemilikan tanah.
2.      Meningkatnya baik jenis penganguran yang terselubung maupun yang terbuka serta berlakunya upah yang rendah. Selain itu, juga meningkatnya jumlah kaum proletariat di kalangan petani.
3.      Semakin kuatnya kekuasaan birokrasi Negara yang bersifat nepotistic dan feudal, serta semakin luasnya korupsi dalam birokrasi.
4.      Membesarnya kekuasaan golonga minoritas termasuk orang asing di bidang ekonomi khususnya di sector perdagangan dan investasi.
5.      Adanya dualisme sosial, ekonomi.
Penyelesaian persoalan kemiskinan di ‘kampung besar’ metropolitan tidak cukup dengan hanya mengharapkan tetesan dari hasil kebijakan ekonomi makro dan progam pembagunan yang hanya bertumpu pada pertumbuhan saja. Trickle down effect sudah tidak lagi di yakini oleh banyak ahli karena terbukti, ketika terjadi suatu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat kemiskinan yang tinggi tetap menjadi golongan mayoritas dan masih menjadi beban bagi system ekonomi secara keseluruhan. Artinya, pemerintah dan para pelaku ekonomi itu sendiri perlu memperhatikan nasib golongan miskin ini.
Dalam masalah ini diperlukan beberapa pendekatan diantaranya : pendekatan kebutuhan dasar, pendekatan objektif, dan pendekatan subjektif.
Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset, dan alat-alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan, sehingga secara langsung mempengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat. Pendekatan ini, menentukan secara rigid, standard pendapatan seseorang di dalam masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan dasar menilai kemiskinan sebagai keterbatasan kemampuan dasar seperti kemampuan membaca dan menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendekatan objektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan kesejahteraan(the welfare approach) menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar keluar dari kemiskinan. Pendekatan subjektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin sendiri (BPS, UNDP, BAPPENAS, 2001).

Gilbert, Alan., dan Guger, Josef. 1996. Urbanisasi dan kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta: Tiara Wacana
Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia ”Dalam Perspektif Pembangunan”. Jakarta: Rajawali Pers
Rachbini, Didik J., dan Hamid, Abdul. 1994. Ekonomi Informal Perkotaan. Jakarta: LP3ES
Silalahi, Ulber. 2009. METODE PENELITIAN SOSIAL. Bandung: Refika Editama